Kebahagiaan orang tua adalah melihat anak-anaknya menjadi orang sukses. Orang tua rela melakukan apa saja asalkan anaknya mendapat pendidikan terbaik.
Itu pula yang menjadi impian sejumlah ibu di Kabupaten Lebak, Banten. Demi si buah hati mendapatkan pendidikan yang bagus, mereka rela membanting tulang dengan menjadi pedagang keliling.
“Kami merasa bahagia setelah anak kami bernama Aldi (22) diwisuda dan kini bergelar sarjana ekonomi,” kata Lani Yuliana (45), seorang pedagang sayur keliling, warga Palaton, Kabupaten Lebak. Demikian dikutip dari Antara, Selasa (6/9)
Perjuangan untuk meluluskan anaknya itu hingga menjadi sarjana begitu panjang. Lani mengaku sudah menjadi pedagang keliling selama 15 tahun lamanya.
“Berawal kesulitan ekonomi keluarga, mengingat pendapatan suami sebagai petugas pengamanan tidak mencukupi untuk kebutuhan makan dan biaya pendidikan anak,” jelasnya.
Bermodal semangat dan uang Rp800 ribu, Lani memulai usahanya sebagai pedagang sayur keliling dengan berjalan kaki. Tak terhitung sudah berapa kilometer jalan yang dilalui. Semua demi nasib yang lebih baik untuk si buah hati.
“Kami bisa meraup keuntungan berjualan sayuran berkisar antara Rp75 ribu sampai Rp100 ribu per hari. Pendapatan sebesar itu bisa menyisihkan untuk biaya pendidikan anak,” katanya menjelaskan.
Dia bercerita, saban pagi buta sudah berangkat ke Pasar Rangkasbitung untuk berbelanja aneka sayuran. Ketika jam menunjukkan pukul 07.00 WIB, Lani mulai berkeliling masuk dan keluar kampung di Rangkasbitung.
“Kami berjualan demi keluarga dan pendidikan anak, dan jangan sampai nasib anak seperti orangtuanya,” katanya menjelaskan.
Lani juga bahagia, kesabarannya berbuah manis. Setelah menyelesaikan bangku kuliah, anaknya diterima di salah satu perusahaan di Tangerang. Saking senangnya, Lani menuturkan anaknya sudah menerima gaji pertama senilai Rp6,5 juta. Tetapi, Lani tak mau langsung berpuas hati. Dia tetap memilih berdagang sayur. Hanya saja, tidak lagi jalan kaki, Lani kini menjajakan sayurnya menggunakan sepeda motor.
Begitu cerita Mbak Endo (55), warga Rangkasbitung. Sudah 30 tahun berjualan jamu keliling. Kerja kerasnya mengantarkan dua putrinya menyandang gelar sarjana.
Kedua anaknya lulusan perguruan tinggi negeri di Semarang, Jawa Tengah, dan kini sudah bekerja sebagai pengajar di SMA Kabupaten Lebak.
“Kami berjualan jamu keliling pulang ke rumah bisa meraup keuntungan bersih Rp100 ribu per hari, dan tidak terdampak COVID-19, ” katanya menjelaskan.
Ditambahkan ibu Maryati (50), seorang pedagang warga Rangkasbitung, selama wabah Corona pendapatan dari berdagang sayur keliling justru meningkat dua kali lipat.
Kami berjualan sayuran itu ke perumahan-perumahan dengan menggowes becak dan modal Rp1,5 juta bisa meraup keuntungan Rp150 ribu per hari,” kata Maryati sambil menyatakan putranya berhasil menyandang gelar sarjana pertanian.