Tiap hari, kakek ini harus dorong gerobak rujaknya yang berat. Penyakit paru-paru yang dideritanya kerap kali kambuh dan memicu sesak napas. Meski sakit, ia tetap harus mencari nafkah agar tidak berhutang untuk makan.
Kakek penjual rujak tersebut bernama Amed berusia 79 tahun. Kakek yang tinggal di Kampung Ciledug, Setu, Bekasi, ini sehari-hari berkeliling berjualan rujak dengan gerobaknya.
Meski telah seharian berjualan, Amed hanya mampu mengumpulkan Rp20 ribu saja per hari. Karena kondisinya yang semakin lemah, Amed tidak sanggup berkeliling lagi dan memutuskan untuk berjualan di depan SPBU Cibening, Setu.
Sungguh miris melihat Amed mendorong gerobak rujak sambil tersengal-sengal akibat sesak napas. Jika lelah, ia akan menepi di jalan dan duduk beristirahat.
Sebenarnya ia sudah tidak kuat berjualan lagi, namun jika tak berjualan Amed tidak bisa membeli makan. Ia pun kerap berhutang hanya untuk makan saja. Saat modalnya habis, ia hanya bisa meminjam di bank dengan biaya Rp10 ribu per hari.
Namun, yang membuat miris, Amed suatu kali pernah ditipu dengan uang palsu. Bahkan, pernah juga ada yang membeli rujaknya dalam jumlah banyak namun tidak dibayar.
“Tidak ada yang kasihan sama saya, sampai ada yang menipu sepertu itu,” tuturnya.
Sering kali, Amed juga terpaksa menahan perih perutnya akibat malu berhutang terus. Saat ini, yang ia harapkan hanya bisa makan secukupnya dan hutang-hutangnya terbayar.